Indonesia memiliki kekayaan yang melimpah terutama kekayaan budayanya. Permainan tradisional merupakan warisan budaya bangsa yang sangat berharga. Masing-masing daerah memiliki permainan tradisional sendiri, kebayang kan seberagam apa permainan tradisional nusantara? Kali ini Hompimpa akan membahas sekilas mengenai permainan tradisional asal Jawa Barat nih, mulai dari Tokecang hingga Oray-orayan!
1. Tokecang
Source: brilio.net
Tak bisa dipungkiri, sebagian dari kita saat membaca kata “tokecang” pasti teringat akan salah satu sinetron anak jaman dulu yang berjudul “Eneng dan Kaos Kaki Ajaib”, sinetron yang popular di tahun 2007 ini secara tidak langsung memperkenalkan permainan tradisional tokecang dari theme song mereka yang sampai sekarang masih terngiang di benak banyak penontonnya.
Berdasarkan dari berbagai sumber, kata “tokecang” sendiri ternyata merupakan kepanjangan dari “tokek makan kacang”. Lagu ini menceritakan tentang orang yang terlalu banyak makan atau rakus. Lagu ini mengandung nilai yang mengajarkan untuk tidak bersikap rakus.
Cara memainkan permainan ini yaitu pertama-tama setiap orang harus saling berhadap-hadapan dengan pasangan bermainnya sambil berpegangan tangan. Jangan lupa sambil menyanyikan lagu tokecang, wajib hukumnya. Setelah itu pasangan harus berbalik arah sambil memutar tangannya hingga ke belakang barisan. Apabila sudah memasuki part “sapariuk kosong” pada lagu, maka setiap pasangan wajib mengangkat tangan sebagai tanda selesai. Jika ada yang melanggar maka hukumannya adalah menyanyikan lagu tokecang sampai selesai.
2. Engklek
Source: salamadian.com
Permainan tradisional engklek tidak hanya popular di Jawa Barat, permainan ini popular di hampir seluruh daerah di Indonesia, namun dengan sebutan lain seperti: téklék, ingkling, sundamanda / sudah-mandah, jlong jling, lempeng, dende atau dampu. Engklek biasanya dimainkan oleh anak-anak, dengan jumlah pemain sekitar tiga sampai dengan lima orang. Untuk dapat bermain, setiap anak harus berbekal gacuk yang biasanya berupa sebentuk pecahan genting, yang juga disebut kreweng, yang dalam permainan, kreweng ini ditempatkan di salah satu petak yang tergambar di tanah dengan cara dilempar, petak yang ada gacuknya tidak boleh diinjak / ditempati oleh setiap pemain, jadi para pemain harus melompat ke petak berikutnya dengan satu kaki mengelilingi petak-petak yang ada.
Pemain yang telah menyelesaikan satu putaran terlebih dahulu, berhak memilih sebuah petak untuk dijadikan "sawah" mereka, yang artinya di petak tersebut pemain yang bersangkutan dapat menginjak petak itu dengan kedua kaki, sementara pemain lain tidak boleh menginjak petak itu selama permainan. Peserta yang memiliki kotak paling banyak adalah yang akan memenangkan permainan ini. Berikut merupakan link video yang dapat menggambarkan lebih jelas
.
3. Sunda Bebentengan
Source: wisnujadmika.wordpress.com
Permainan berkelompok ini membutuhkan ketangkasan, kecepatan berlari dan strategi yang handal. Sunda bebentengan merupakan salah satu permainan tradisional yang sangat bagus digunakan untuk berolahraga karena setiap pemain harus berlari untuk menjaga benteng dan menangkap lawan. Tujuan utama dari permainan ini adalah menyerang dan mengambil alih “benteng / markas” lawan. Yang dijadikan sebagai benteng dapat berupa objek seperti pohon, tiang, hingga tumpukan batu bata. Ketika menyentuh benteng lawan biasanya pemain akan berteriak “BENTEEENG”, dengan begitu kelompok yang berhasil merebut benteng lawan bisa terhitung dengan sah skornya.
4. Oray-orayan
Source: salamadian.com
Permainan ini sangat mudah dan menyenangkan untuk dilakukan karena tidak ada bahan atau alat yang diperlukan selain sebidang tanah yang cukup luas agar anak-anak leluasa membentuk barisan seperti oray (ular). Bagian depan diartikan sebagai hulu (kepala) dan bagian tengah serta belakang diartikan sebagai bagian tubuh dan ekor. Pemain membentuk satu barisan dengan saling memegang pundak teman di depannya. Sambil berjalan tak lupa menyanyikan lagu permainan ini yang liriknya seperti berikut:
Oray orayan Luar leor mapay sawah Tong ka sawah Parena keur sedeng beukah Oray-orayan Laur leor mapay leuwi Tang ka leuwi Di leuwi loba nu mandi Oray-orayan Oray naon, orya bungka, bungka naon, bungka laut Laut naon, laut dipa, dipa naon, dipandeuriii…
Begitu lagu berakhir, sang kepala berusaha menangkap bagian ekor, sementara sang ekor sendiri harus mengatur strategi agar tidak tertangkap sehingga akan tampak seperti seekor ular yang meliuk-liuk karena antara kepala dengan ekor seakan saling mengejar. Yang harus menyesuaikan barisan adalah bagian tubuh ular karena tidak boleh putus. Hal ini membuat bagian tubuh seakan meliuk-liuk untuk mengikuti gerakan kepala dan ekor.
Ditulis oleh: Rizta Insani Ramadhanty.